17 Desember 2009

Seleksi Asrama

Mimpi buruk di Shinkansen tadi benar-benar mengganggunya.

Meskipun awalnya indah, tapi akhir mimpinya, entah kenapa membuatnya hendak berpikir lagi untuk tetap melanjutkan sekolahnya di Ryokubita Akademii atau tidak. Ia bermimpi telah berhasil menjadi seorang gelandang sukses yang meneruskan jejak Shunsuke Nakamura untuk bermain di Liga Eropa, dan juga terpilih masuk timnas Jepang. Ia bahkan terpilih sebagai starter dalam pertandingan semifinal antara Jepang melawan Korea Selatan di Piala Dunia, namun sayang beribu sayang, mimpi yang indah itu berujung duka ketika ternyata akhirnya ia harus digiring keluar lapangan karena kelepasan menyihir seorang pemain lawan yang curang menjadi seekor kodok bangkong. Lucu, ya? Yeah, mungkin lucu bagimu, tapi tidak bagi seorang Naga. Mimpi itu membuatnya berpikir tentang masa depannya. Akankah ia tetap berpegang pada mimpinya untuk menjadi pemain sepakbola? Ataukah menjadi seorang penyihir yang —menurut Naga— masa depannya belum jelas?

Ryokubita Shinkansen ternyata sudah sampai di tempat tujuan—Stasiun Hakamadote. Termenung sejenak di kursinya sementara anak-anak lain yang segerbong dengannya bergegas keluar, Naga berusaha 'mengumpulkan' asa dan semangatnya untuk bersekolah di Ryokubita yang sempat tercecer di sana-sini karena mimpi buruk tadi. Masih sempatkah bila ia mengundurkan diri? Bagaimana reaksi keluarganya nanti? Belasan pertanyaan terungkap dalam benaknya, meski tak satupun solusi yang terungkap. Seorang anak laki-laki yang tampaknya lebih tua dari dirinya, menyuruhnya bergegas. Pasrah, Naga pun mengambil barang bawaannya dan mengikuti iring-iringan murid baru ke luar. Hampir saja ia tertinggal sihir-entah-apa-itu-berbentuk-dome yang dibuat oleh si kucing bermata merah. Tiba-tiba saja mereka tidak berada di depan stasiun lagi. Pemandangan sebuah kuil klasik Jepang segera menyambutnya, meskipun Naga tidak terlalu memperhatikannya. Ungkapan sinis bin pesimis yang biasanya terlontar dalam benaknya pun untuk sementara teredam dalam pikiran anak laki-laki itu. Hingga akhirnya—

AAAAARGGGGGGGGH!
Sudahlah, kau sudah terlanjur sampai di sini, Naga!
Kalau kau mau jadi pemain sepakbola, pasti bisa diatur!
Bukankah di sini juga ada klub sepakbola?
Bukankah kau masih memiliki dendam tak terbalas dengan si Tanuki?
Lanjutkan saja, Naga! Hanya seorang pengecut yang berjalan mundur!

—ia tidak sanggup berpikir lagi dan keputusan final itu muncul dengan sendirinya entah dari mana. Merasa jauh lebih baik dari sebelumnya, Naga mulai memperhatikan sekelilingnya, dan dengan kaget mendapati kini telah berada di sebuah koridor besar, dan di depannya sudah berdiri seorang wanita berkimono yang tampak anggun sekali. Hmm, pastilah ia tidak terlalu memperhatikan prosesi iring-iringan kitsune dan miko dari kuil ke gerbang sekolah tadi. Wanita anggun itu menyambut mereka dan berbicara basa-basi biasa yang intinya mengucapkan selamat datang, dan seleksi asrama akan dimulai dengan—

—memegang bola kristal?

Tidak ada benda yang lain yang lebih Jepang, selain bola kristal, eh? Tidak habis pikir Naga menggeleng-gelengkan kepalanya. Entahlah, penentuan asrama menggunakan bola kristal ini agak kurang dapat diterima oleh logikanya. Lagipula, baginya semua asrama sama saja, meskipun ia berharap ia dapat berbeda asrama dengan kakak-kakaknya yang semuanya masuk asrama Kiku. Satu demi satu, nama teman-temannya dipanggil, yeah, ia melihat Hiromi—kenalannya di Bar Fujisaki maju dan meletakkan tangannya di atas bola kristal, dan bola kristal itu langsung berubah warna. Meski Naga tidak bisa menangkap warna apa itu, karena terhalang oleh jejeran kepala anak-anak lain yang antusias menunggu giliran.

"Hiroshi Nagata",

Dan gilirannya pun tiba. Merapikan sedikit jaket Gamba Osaka-nya, Naga melangkah dengan pasti ke depan, menghampiri bola kristal yang melayang itu. Hmm, tidak terasa apa-apa. Apa benar benda bundar ini bekerja, eh? Dan omong-omong tentang benda bundar, entah kenapa tiba-tiba hasrat ingin bermain bola-nya kembali. Yeah, kita tunggu besok saja kalau begitu.

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda